Gunung Slamet terletak di antara 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah serta tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. (Wikipedia)
Gunung Slamet |
Legenda
Gunung Slamet memiliki cerita legenda yang turun-temurun Nama Slamet diambil dari bahasa Jawa yang artinya selamat. Nama ini diberikan karena dipercaya gunung ini tidak pernah meletus besar dan memberi rasa aman bagi warga sekitar. Menurut kepercayaan warga sekitar, bila Gunung Slamet meletus besar, maka Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua bagian. (Wikipedia)
Lokasi dan Akses
Ada beberapa jalur pendakian menuju puncak Gunung Slamet, yang menjadi favorit di kalangan pendaki adalah jalur via Bambangan. Karena jalur ini selain paling pendek, juga tidak terlalu berat.
Basecamp Bambangan terletak di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Akses dari Solo bisa menggunakan transportasi kereta atau bus, rombongan kami menggunakan kereta api Joglokerto. Berikut adalah estimasi biaya dari Solo dengan menggunakan kereta api:
Trayek | Tarif |
---|---|
Solo - Purwokerto (Joglokerto) | Rp95.000 |
Sta. Purwokerto - Terminal Purwokerto (angkot) | Rp5000 |
Terminal Purwokerto - Terminal Purbalingga (minibus) | Rp20.000 |
Terminal Purbalingga - Basecamp Bambangan (carter angkot) | Rp250.000 |
Total | Rp370.000 |
Basecamp
Basecamp di jalur Bambangan ini berukuran cukup besar dan bisa menampung puluhan pendaki, seperti aula dengan fasilitas lengkap:
- Tempat istirahat
- Masjid
- Warung makan dengan beberapa pilihan menu dengan harga yang terjangkau
- Tempat parkir motor/mobil
- Penjual souvenir
- Penitipan barang
- Tempat charge HP
- Kamar mandi
|
|
|
Basecamp Gunung Slamet | Ruangan yang cukup besar | Kamar mandi |
Pendakian
Setelah mendaftar dan mengisi data para pendaki dan membayar simaksi sebesar Rp15.000/orang/hari, perjalanan panjang akan dimulai dari sini.
![]() |
Peta jalur |
Basecamp - Pos 1 (3-4 jam)
Sebelum memulai pendakian, Anda diwajibkan membawa satu bibit tanaman per orang yang nantinya diletakkan di gardu pandang.
Gerbang pendakian |
Jalur ini merupakan yang terpanjang di Gunung Slamet, menempuh sekitar 3 sampai 4 jam perjalanan. Berjalan beberapa meter dari gerbang, Anda harus membayar lagi sebesar Rp5.000 untuk tiket masuk Perum Perhutani. Di awal pendakian, Anda akan melewati perkebunan milik penduduk. Ada beberapa tanaman di sini, mulai dari bawang, kol, wortel, cabe (bukan cabe-cabean ya 😖). Anda bisa mengambilnya, tapi harus seizin pemilik kebun. Tapi tenang saja, penduduk di sini ramah-ramah, pasti diperbolehkan mengambil sayuran.
![]() |
Puncak sudah terlihat di awal pendakian |
Kanan-kiri banyak sayuran segar, sok atuh diambil 😝 |
Berjalan sekitar 45 menit, sampailah di gardu pandang. Di sinilah bibit tanaman yang tadi dibawa dari basecamp, Anda letakkan di sini. Ingat, hanya diletakkan saja. Tidak perlu disirami apalagi dikasih pupuk, kelamaan 😄
Gardu pandang |
Tempat bibit |
Setelah gardu pandang, Anda akan menjumpai sebuah sungai kecil. Di sungai ini, Anda bisa mengambil air untuk bekal.
Sungai kecil sebagai sumber air |
Setelah sungai kecil ini, Anda akan memasuki hutan dengan trek yang sudah mulai menanjak. Tidak lama sampailah di Pos Bayangan.
Ada beberapa penjual makanan/minuman di Pos Bayangan ini, harga masih murah kalau di tempat ini. Semakin naik semakin mahal pula harga makanan/minuman. Fyi: di Gunung Slamet ini terdapat banyak warung makanan dari mulai Pos 1 sampai dengan Pos 7.
Kalau menurut saya, harga-harga di sini masih terjangkau. Teh manis Rp5.000, nasbung (nasi bungkus-red) Rp5.000, buah-buahan seperti pisang dan semangka Rp3.000, tempe mendoan/aneka gorengan @Rp2.500.
Pos Bayangan |
Dari Pos Bayangan menuju Pos 1 trek mulai terjal, butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapai Pos 1. Pos 1 ditandai dengan adanya warung-warng dan sebuah Bedeng (shelter). Di Gunung Slamet ini ada larangan mendirikan tenda di dalam Bedeng, jadi kalau mau beristirahat, cukup pakai matras dan sleeping bag saja. Bedeng berukuran cukup besar, muat untuk puluhan pendaki.
Warung di Pos 1 |
Pos 1 dengan sebuah Bedeng (shelter) |
Pos 1 - Pos 2 (1,5 - 2 jam)
Pada jalur ini trek masih relatif sama dengan jalur sebelumnya, sedikit lebih terjal. Di jalur ini terdapat pertemuan antara jalur Bambangan dan jalur Pemalang.
Cie yang celananya baru, semangat banget, mbak? |
Abang lelah, Hayati! |
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 45 menit dan melalui trek sedikit ekstrim, akhirnya kami sampai di Pos 2 (Pondok Walang). Pos 2 di tandai dengan beberapa warung. Tempat yang cukup luas, bisa muat 8-10 tenda.
Pos 2 (Pondok Walang) |
Warung di Pos 2 |
Pisang Australia, semangka, dan aneka gorengan |
Pos 2 - Pos 3 (1 - 1,5 jam)
Inilah "jalur neraka"!
Di saat fisik dan stamina mulai menurun, trek di depan semakin sadis saja. Tanjakan demi tanjakan yang semakin terjal, sesekali harus memanjat akar pohon.
Harus melewati akar yang licin |
Pos 3 (Pondok Cemara) ditandai dengan beberapa bangunan warung semi permanen, tapi tidak sebanyak di Pos 2. Hanya ada beberapa penjual saja di tempat ini.
Pos 3 (Pondok Cemara) |
Pos 3 - Pos 4 (1 - 1,5 jam)
Di jalur ini sedikit lebih bersahabat dibanding jalur-jalur sebelumnya, tanpa adanya atraksi manjat-memanjat 😎
Pos 4 ini banyak yang mengatakan horor, dalam hal ini posisi penulis adalah skeptis. Memang sedikit "mencekam" sih suasananya. Sempit dan banyak pohon tumbang, hanya muat 2-3 tenda saja. Di sini tidak ada warung.
Pos 4 (Samaranthu) |
Banyak pohon tumbang, menambah kesan mistis |
Pos 4 - Pos 5 (45 - 60 menit)
Pos 5 merupakan tempat favorit para pendaki (selain Pos 7) untuk mendirikan tenda. Selain tempatnya yang luas dan juga dekat dengan puncak. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di sini, walaupun di sini ada Bedeng juga sepertti di Pos 1.
Harga makanan/minuman di sini mulai mengalami lonjakan. Nasbung yang semula harga Rp5000 menjadi Rp10.000, air mineral 600 ml Rp10.000.
Pos 5 (Samyang Rangkah) |
Jika Anda ingin menikmati sunrise dari puncak, perjalanan summit attack dari Pos 5 sebaiknya dimulai jam 2-3 dinihari.
Pos 5 - Pos 6 (30 menit)
Pos 6 - Pos 7 (45 - 60 menit)
Pos 7 merupakan tempat favorit kedua pendaki untuk mendirikan tenda. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju puncak lebih cepat.
Pos 7 - Pos 8 (10 menit)
Pos 8 - Pos 9 (30 - 45 menit)
Di jalur ini trek mulai sedikit terbuka, Anda sudah bisa menikmati sunrise dari jalur ini. Karena Anda berjalan ke arah barat, matahari akan muncul dari arah belakang Anda berjalan. Jadi pastikan sesekali menoleh ke belakang, jika tidak ingin ketinggalan saat-saat Sang Surya menampakkan diri.
Sunrise dari atas Pos 8 |
Pos 9 (Plawangan) ditandai dengan sebuah tugu In Memoriam Bimo Aditya Pratama. Untuk menghormati keluarga almarhum, saya tidak akan membahas lebih jauh tentang tugu ini.
Pos 9 (Plawangan) |
Di Pos 9 ini adalah batas vegetasi, di depan trek mulai terbuka dan puncak Slamet terlihat jelas. Dengan medan yang maha ekstrim (lah bahasanya). Dengan sudut yang nyaris vertikal, trek bebatuan dan pasir, sangat rawan longsor.
Saya sarankan Anda untuk merenung dan berfikir sejenak terlebih dahulu di Pos 9 ini sebelum memutuskan untuk summit attack. Ingat, puncak hanyalah bonus. Kembali ke keluarga dalam keadaan selamat tanpa kurang suatu apapun adalah tujuan utama.
Oke, kalau Anda memutuskan untuk tetap ke puncak, persiapkan peralatan perang. Topi/kupluk, jaket tebal, kacamata hitam (jika sudah mulai panas), buff/scraft, gaiters, trekking pole dan juga ini yang sangat penting: lipgloss dan sunblock jangan lupa, cyin! Saya sarankan untuk menggunakan sunblock dengan SPF tinggi, minimal 35. (Ini kenapa jadi bahas sunblock sih?)
Batas vegetasi |
Pos 9 - Puncak (2 - 3 jam)
Untuk menuju puncak dibutuhkan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi, karena trek pasir campur batu. Harus pandai-pandai memilih jalur, salah pijakan bisa fatal akibatnya. Usahakan untuk tidak berjalan tegak lurus depan belakang, karena bisa berakibat terkena batu dari pendaki di atas.
Dude Herlino lagi cuti syuting 😎 |
Trek yang sangat ekstrim |
3.428 mdpl, mission complete! Btw, tidak disarankan mengenakan kaos tanpa lengan mendaki ke puncak. Jangan ditiru...Jangan ditiru! |
Bersama 2 orang dari Bogor yang telah menggapai 3S (Sumbing, Sindoro, Slamet) secara estafet. Salut, Bre! |
|
|
|
Puncak siang itu | Ritual wajib di puncak, mengibarkan Sang Dwi Warna | Suasana puncak |
Rincian Waktu Pendakian
Jalur | Waktu |
---|---|
Basecamp - Pos Bayangan | 1 jam 52 menit |
Pos Bayangan - Pos 1 | 1 jam 52 menit |
Pos 1 - Pos 2 | 1 jam 47 menit |
Pos 2 - Pos 3 | 1 jam 34 menit |
Pos 3 - Pos 4 | 1 jam 18 menit |
Pos 4 - Pos 5 | 53 menit |
Pos 5 - Pos 6 | 29 menit |
Pos 6 - Pos 7 | 52 menit |
Pos 7 - Pos 8 | 8 menit |
Pos 8 - Pos 9 | 58 menit |
Pos 9 - Puncak | 2 jam 55 menit |
Total | 14 jam 38 menit |
Tiket Masuk
- Simaksi pendakian Rp15.000/hari
- Perhutani Rp5000
- Parkir sepeda motor Rp10.000/pendakian
- Parkir mobil Rp50.000/pendakian
Kontak
Basecamp/Emergency:
- 0813 9132 9999
- 0857 2623 5567
- 0857 2600 0335
- 0857 4777 7192
- 085 6275 7013 (Mas Joko)
Ucapan Terima Kasih
- Kaioshin-Sama (God of Creation)
- Semesta Alam
- Warga sekitar Bambangan yang sangat bersahabat kepada pendatang
- Mas Joko atas tumpangannya
- Special thanks to: Yang selalu setia menemani saya dari awal pendakian hingga ke puncak, tidur bareng di tenda, tidak pernah lepas dari genggaman tangan saya. Iyes, my trekking pole!
I Love You 😭
0 Comments:
Post a Comment